8 Agustus 2008
Jumlah Penduduk Perkotaan Lampaui Batas Psikologis
Tahun 2008 nampaknya merupakan tahun yang cukup bersejarah di bidang perkotaan Indonesia, mengingat pada tahun ini jumlah penduduk perkotaan kita telah mencapai lebih dari 50% dari total jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan sebanyak 215 juta jiwa.
Dengan demikian, sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih besar terhadap isue perkotaan dan memasukkannya dalam agenda utama Pemerintah. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Penataan Ruang, Imam Ernawi, dalam sambutan kuncinya pada acara Seminar Nasional bertajuk “Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis” yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-50 Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Lebih lanjut disampaikan bahwa meningkatnya jumlah penduduk perkotaan tersebut secara ruang berimplikasi pada kebutuhan terhadap ruang-ruang hunian, aktivitas sosial maupun untuk aktivitas ekonomi masyarakat. Selain itu, pemanfaatan ruang kota untuk keperluan tersebut juga harus diimbangi oleh pengembangan ruang-ruang terbuka yang memadai baik untuk menyediakan daya dukung ekologis maupun untuk meningkatkan nilai estetika kota.
Oleh karena itu konsep pengembangan kota kita sebagai kota tropis harus diarahkan pada kota yang ramah lingkungan yang dapat menjadi ‘rumah’ bagi sebagian besar penduduk. Selain itu perkotaan juga harus dapat menjadi katalis pembangunan nasional, yang dikembangkan secara cerdas melalui berbagai inovasi dan gagasan yang mampu menyikapi berbagai tantangan yang ada. Kota juga harus dikembangkan secara adil dengan menyediakan ruang hunian dan aktivitas yang berpihak pada masyarakat miskin perkotaan (pro-poor).
Seminar yang diselenggarakan di Gedung Pertemuan Kampus Universitas Diponegoro pada tanggal 6 Agustus 2008 tersebut, diikuti oleh berbagai kalangan akademisi dan IAI Cabang Provinsi Jawa Tengah. Hadir sebagai pembicara utama pada acara tersebut beberapa pakar arsitektur dari berbagai perguruan tinggi seperti Prof Edy Darmawan (UNDIP), Prof Ramli Rahim (UNHAS), Prof Prasasta Satwiko (Unika Atamjaya Yogya), dan Dr. Heinz Frick (Satya Wacana). Topik yang dibahas antara lain menyangkut isue pemanasan global terhadap kota tropis, tantangan dalam perwujudan kota tropis, perlunya keseimbangan ekologi dalam pengembangan perkotaan di Indonesia dan kualitas ruang publik yang ada di perkotaan kita.
Terkait dengan ketentuan yang terdapat dalam UU 26/2007 tentang Penataan Ruang ditegaskan bahwa perwujudan kota tropis pada dasarnya perlu didukung oleh pengembangan RTH Perkotaan yang minimal mencakup 30% dari luas perkotaan yang ada. Selain itu untuk memfasilitas aktivitas warga perkotaan tropis perlu disediakan sarana dan prasarana pejalan kaki yang ramah lingkungan yang dapat mengurangi dampak ekstrim dari kondisi cuaca kota tropis.
“Pada dasarnya kota tropis harus mampu mewadahi aktivitas produktif penduduknya secara aman, nyaman dan berkelanjutan” tegas Imam Ernawi lebih lanjut. Dengan demikian arsitektur perkotaan diharapkan dapat mendorong kinerja kota sebagai satu kesatuan sistem kota dan wilayah secara utuh, tidak hanya sekedar perwujudan fisik kota semata. (DN)
Sumber : admintaru_080808
Kembali ke halaman sebelumnyaIndeks Berita