Perpres No. 45 tahun 2018 Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Cekungan Bandung
Cekungan Bandung merupakan wilayah topografi berbentuk cekungan dengan luas kurang lebih 343.087 hektar. Bagian terendah Cekungan Bandung merupakan dataran dengan luas kurang lebih 75.000 hektar dan elevasi sekitar +650 m sampai +700 m di atas muka laut. Cekungan Bandung dikelilingi oleh banyak gunung-gunung dengan elevasi mencapai lebih dari +2.000 m di atas muka laut, antara lain yaitu gunung-gunung:
Bentang alam gunung-gunung yang mengelilingi Cekungan Bandung ini umumnya berupa kerucut gunung api yang menampakkan bentukan fasies sentral (puncak gunung), fasies proksimal (lereng atas), fasies medial (lereng bawah), dan fasies distal (kaki gunung dan dataran). Pada gunung api muda dicirikan oleh bentuk kerucut yang keempat fasiesnya masih utuh dengan pola aliran sungainya menyebar dari puncak gunung (radial pattern). Pada gunung api yang semakin tua bentuk kerucutnya semakin “kasar”/bergelombang akibat erosi yang semakin lanjut, dengan pola aliran sungainya berbentuk mendaun (dendritic pattern).
Sungai-sungai yang mengalir di Cekungan Bandung ini dapat di kelompokkan ke dalam beberapa Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS), yaitu: Sub DAS Cihaur, Sub DAS Cikapundung, Sub DAS Citarik, Sub DAS Cirasea, Sub DAS Cisangkuy, Sub DAS Ciwidey, dan Sub DAS Ciminyak.
Anak-anak sungai yang mengalir di Cekungan Bandung, baik dari utara, timur, dan selatan, semuanya bermuara di induk sungai, yaitu Sungai Citarum yang kemudian mengalir berkelokkelok dari timur ke barat di dataran rendah Bandung melewati Curug Jompong dan terus bermuara di Waduk Saguling. Curug Jompong adalah bentukan alam air terjun Sungai Citarum karena adanya pematang batuan beku dasit yang melintang sungai.
Anak-anak sungai yang mengalir dari Cekungan Bandung bagian utara dan bagian selatan umumnya bermuara dengan posisi tegak lurus di Sungai Citarum. Bahkan beberapa anak sungai bermuara dengan arah berlawanan arus Sungai Citarum.
Umumnya dari ketinggian puncak gunung atau mata air terus turun hingga ketinggian +700 m di atas muka laut, anak-anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum ini memiliki penampang memanjang dengan kemiringan sungai terjal (gradien hidrauliknya besar). Kemudian dari ketinggian +700 m hingga muaranya di Sungai Citarum memiliki penampang memanjang landai bahkan datar (gradien hidrauliknya kecil). Pada lereng-lereng yang terjal limpasan air permukaan atau “run off” lebih besar dibanding dengan daerah yang lebih landai.
Berdasar geometri Sungai Citarum berikut anak-anak sungainya yang seperti tersebut di atas, bila musim hujan tiba terjadi akumulasi air sungai di muara-muara anak-anak sungai, meluap menjadi genangan banjir di dataran Cekungan Bandung. Berdasar sebaran litologi sedimen aluvial, daerah yang berpotensi rawan banjir terhampar seluas kurang lebih 20 Km x 10 Km.
Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung secara administratif meliputi 5 (lima) wilayah administrasi, yaitu: Kabupaten Bandung (176.812 Ha); Kabupaten Bandung Barat (130.577,40 Ha); sebagian Kabupaten Sumedang (Kecamatan Cimanggung, Tanjungsari, Sukasari, Jatinangor, Rancakalong, dan Pamulihan) seluas 15.486 Ha; serta Kota Cimahi seluas 4.023 Ha dan Kota Bandung seluas 16.729,65 Ha sebagai kota inti.
???????Karakteristik Fisik Dasar
Iklim : Parameter iklim yang dapat dihimpun dan mempunyai kaitan erat dengan perencanaan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah tipe iklim, curah hujan, dan suhu udara. Adapun karakteristik Iklim Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung sebagai berikut:
- Didasarkan klasifikasi Iklim menurut Oldeman tipe iklim di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung termasuk tipe iklim E1,E2 dan E3
- Curah hujan rata-rata tahunan di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah 1.500-4500 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 24o - 280 Celsius.
Kemiringan Lereng : Didasarkan penafsiran kerapatan kontur peta topografi skala 1:120.000 dan pengecekan lapangan, kemiringan lereng di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dapat dikelompokkan menjadi lereng datar (<8%), lereng landai (>8-15%), lereng agak curam (>15-30%), lereng curam (>30-40%) dan lereng sangat curam (>40%).
Morfologi : Didasarkan pembagian morfologi, Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dapat dibagi atas 4 (empat) satuan morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan dan morfologi pegunungan.
Litologi : Litologi yang menyusun Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah aluvium, endapan danau, batuan sedimen, batuan gunung api dan batuan intrusi.
Bahan Permukaan : Didasarkan ukuran butir dan tekstur, bahan permukaan yang membentuk Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah lanau pasir lempungan, lanau, pasir lanauan, lanau lempungan, lanau pasiran, lanau lempung berdebu, breksi dan lava.
???????Karakteristik Penggunaan Lahan
Karakteristik pemanfaatan ruang eksisting di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dijelaskan berdasarkan pola pemanfaatan ruangnya, struktur kota-kota yang ada, serta kondisi infrastruktur wilayah.
Sampai dengan tahun 2004, 49.288,05 Ha lahan (14,41% luas lahan total) lahan sudah berubah menjadi lahan terbangun dan sisanya tetap masih berupa lahan tidak terbangun, yaitu sebesar 85,59%. Oleh sebab itu bisa ditarik kesimpulan bahwa secara umum pada tahun 2004 sebagian besar Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung masih merupakan kawasan tidak terbangun.
Akan tetapi di Kota Bandung dan Kota Cimahi yang merupakan kota inti dari sistem kota-kota di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, sebagian besar wilayah administratif sudah merupakan kawasan terbangun, di mana di Kota Bandung sudah mencapai 71,17% dan Kota Cimahi 61,55% dari total luas wilayah. Kabupaten Bandung yang menyumbang luas sebesar 89% dari total luas Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung hanya 10,56% wilayahnya yang sudah menjadi kawasan terbangun. Sedangkan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang yang terletak di daerah pinggiran Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung,13,03% luas wilayahnya sudah menjadi kawasan terbangun pada tahun 2004. Oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa, walaupun sebagian besar Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan kawasan yang belum terbangun, tapi hampir sebagian besar kawasan tidak terbangun tersebut berada di wilayah administratif Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, di lain pihak konsentrasi lahan terbangun terjadi di Kota Bandung-Cimahi.
???????Sistem Transportasi
A. Jaringan jalan
Tabel 1 Fungsi Jalan Arteri Dan Kolektor 1 Bukan Jalan Tol
|
NOMOR RUAS |
|
|
N A M A R U A S |
ARTERI |
KOLEKTOR 1 |
||
BARU |
|
( KM ) |
( KM ) |
|
||||
031 |
|
|
|
Citarum - Rajamandala - Bts. Kota Padalarang |
15.041 |
|
0.000 |
|
031 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Padalarang (Padalarang) |
3.084 |
|
0.000 |
|
032 |
|
|
|
Eks Toll Rajamandala |
4.577 |
|
0.000 |
|
032 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Rajamandala (Rajamandala) |
0.894 |
|
0.000 |
|
033 |
|
|
|
Bts. Kota Padalarang - Bts. Kota Bandung |
8.380 |
|
0.000 |
|
033 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Padalarang (Padalarang) |
1.845 |
|
0.000 |
|
033 |
12 |
K |
|
Jln. Raya Cimahi (Cimahi) |
2.488 |
|
0.000 |
|
033 |
13 |
K |
|
Jln. Raya Cibabat (Cimahi) |
1.957 |
|
0.000 |
|
033 |
14 |
K |
|
Jln. Cibeureum (Bandung) |
2.800 |
|
0.000 |
|
033 |
15 |
K |
|
Jln. Sudirman (Bandung) |
1.230 |
|
0.000 |
|
033 |
16 |
K |
|
Jln. Rajawali Barat (Bandung) |
0.970 |
|
0.000 |
|
033 |
17 |
K |
|
Jln. Nurtanio (Bandung) |
1.200 |
|
0.000 |
|
033 |
18 |
K |
|
Jln. Abdul Rahman Saleh (Bandung) |
1.040 |
|
0.000 |
|
033 |
19 |
K |
|
Jln. Pajajaran (Bandung) |
1.060 |
|
0.000 |
|
033 |
1A |
K |
|
Jln. Pasir Kaliki (Bandung) |
0.710 |
|
0.000 |
|
034 |
11 |
K |
|
Jln. Sukarno - Hatta (Bandung) |
18.350 |
|
0.000 |
|
035 |
11 |
K |
|
Jln. Gede Bage (Bandung) |
0.458 |
|
0.000 |
|
036 |
11 |
K |
|
Cinunuk - Cileunyi Kulon (Jalan Laboratorium) |
0.000 |
|
1.211 |
|
037 |
|
|
|
Bts. Kota Bandung - Bts. Kota Cileunyi |
3.636 |
|
0.000 |
|
037 |
11 |
K |
|
Jln. Layang Pasupati (Gajibu - Ciampedes) (Bandung) |
1.800 |
|
0.000 |
|
037 |
12 |
K |
|
Jln. Pasteur (Bandung) |
0.770 |
|
0.000 |
|
037 |
13 |
K |
|
Jln. Surapati (Bandung) |
1.800 |
|
0.000 |
|
037 |
14 |
K |
|
Jln. Khp Hasan Mustopa / Suci (Bandung) |
2.372 |
|
0.000 |
|
037 |
15 |
K |
|
Jln. Raya Sindanglaya (Bandung) |
4.185 |
|
0.000 |
|
037 |
16 |
K |
|
Jln. Raya Ujung Berung (Bandung) |
2.880 |
|
0.000 |
|
037 |
17 |
K |
|
Jln. Raya Cipadung (Bandung) |
1.450 |
|
0.000 |
|
037 |
18 |
K |
|
Jln. Cibiru (Bandung) |
0.550 |
|
0.000 |
|
037 |
19 |
K |
|
Jln. Raya Cileunyi (Cileunyi) |
0.513 |
|
0.000 |
|
038 |
|
|
|
Bts. Kota Cileunyi - Nagreg (Rancaekek - Cileunyi - |
18.140 |
|
0.000 |
|
|
|
|
|
Cicalengka/Parakan Muncang) |
|
|
|
|
038 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Cipacing (Cileunyi) |
1.099 |
|
0.000 |
|
038 |
12 |
K |
|
Jln. Raya Rancaekek (Rancaekek) |
1.954 |
|
0.000 |
|
039 |
|
|
|
Nagreg - Bts. Kab. Bandung/Garut |
2.335 |
|
0.000 |
|
083 |
|
|
|
Cisomang - Bts. Kota Padalarang |
23.279 |
|
0.000 |
|
083 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Purwakarta (Padalarang) |
0.940 |
|
0.000 |
|
084 |
|
|
|
Jln. Raya Cileunyi (Cileunyi) / Cileunyi - Jatinangor |
0.579 |
|
0.000 |
|
085 |
|
|
|
Jatinangor - Bts. Kota Sumedang |
9.537 |
|
0.000 |
|
085 |
11 |
K |
|
Jln. Raya Jatinangor (Jatinangor) |
6.469 |
|
0.000 |
|
085 |
12 |
K |
|
Jln. Raya Tanjungsari (Tanjungsari) |
3.352 |
|
0.000 |
|
Tabel 2 Ruas jaringan jalan nasional dan provinsi di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Kabupaten/Kota |
Ruas |
Status |
Fungsi |
Kota Bandung |
Jln. Cikutra |
Provinsi |
SN |
Kota Bandung |
Jl. A. Yani |
Provinsi |
SN |
Kota Bandung |
Jl. A. H. Ibrahim Adjie - Terusan Kiaracondong |
Provinsi |
SN |
Kota Bandung |
Jln Terusan Buah Batu |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Buah Batu - Bojongsoang - Dayeuhkolot |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Dayeuhkolot - Banjaran |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Banjaran - Soreang |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Al Fathu - Terusan Al Fathu |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Soreang - Batujajar |
Provinsi |
SN |
Bandung Barat |
Jl. Batujajar - Cimareme |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Lingkar Selatan (Sorean) - Ciwidey |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Raya Ciwidey |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Bhayangkara |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Ciwidey - Rancabali |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Rancabali - Bts. Bandung/Cianjur |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Layang Pasupati I |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Jl. Elang Raya |
Provinsi |
SN |
Bandung |
Padalarang - Rajamandala - Citarum |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Bandung (Kopo) - Soreang |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Soreang (Soreang) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl.Raya Rancabali (Ciwidey) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl.Raya Patengang (Rancabali) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl.Raya Dayeuh Kolot (Dayeuhkolot) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Bandung - Banjaran |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Banjaran (Banjaran) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Banjaran - Pangalengan |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Nagreg - Bts.Bandung/Garut |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Bandung-Lembang |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Lembang (Lembang) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Lembang- Batas Subang |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Cimareme (Cimareme) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Batujajar (Batujajar) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Cipatik (Soreang) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
B. Batu - Bj. Soang - Sp. Munjul |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Sp. MUNJUL - CIPARAY |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Laswi (Ciparay) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Laswi (Majalaya) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Majalaya - Bts.Bandung/Garut (Cijapati) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Raya Cisewu (Pangalengan) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Pangalengan - Cukul (Bts. Bandung/Garut) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Rancabali - Bts. Bandung/Cianjur |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Bts. Cimahi - Cisarua - Lembang |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Nanjung - Patrol |
Provinsi |
Kolektor 2 |
Cimahi |
Jl. Kolonel Masturi (Cimahi) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Gatot Subroto (Cimahi) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Jl. Baros (Cimahi) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
Simpang Leuwigajah - Nanjung |
Provinsi |
Kolektor 2 |
Bandung |
JL. KOPO (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. MOH. TOHA (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. SUKAWANGI (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. SETIABUDI (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. PASIRKALIKI (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. SUKAJADI ( BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. PAJAJARAN (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. PAJAJARAN (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. ABDURACHMAN SALEH (BANDUNG) |
Provinsi |
Kolektor 2 |
|
JL. TERUSAN BUAH BATU |
Provinsi |
Kolektor 2 |
A. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Penetapan terminal berdasarkan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:
Kota/Kabupaten |
Terminal A |
Terminal B |
Terminal C |
Kab. Bandung |
|
Cileunyi, Majalaya, Pangalengan, Ciwidey, Baleendah |
Banjaran, Ciparay, Cicalengka,Soreang |
Kab. Bandung Barat |
|
|
Cililin, Lembang, Cisarua, Padalarang |
Kab. Sumedang |
|
Ciakar, Tanjung Sari |
Wado, Buah Dua, Tanjungsari |
Kota Bandung |
Cicaheum, Leuwi Panjang |
|
Ciroyom, Dago, Ledeng, Stasion |
Kota Cimahi |
|
|
Pasar Atas, Pasar Antri Baru, Sangkuriang |
B. Sistem Jaringan Perkeretaapian
Kebutuhan kereta api perkotaan di Indonesia dikaji dengan pendekatan bahwa penyediaan layanannya harus tersedia di kota-kota besar yang mempunyai jumlah penduduk lebih
dari 1 juta jiwa atau secara pergerakan internal kota tersebut sudah memerlukan angkutan massal berupa kereta api perkotaan. Kereta api perkotaan ini akan melayani perjalanan komuter penduduk kota tersebut dan perjalanan lokal yang dalam pelayanannya terintegrasi dengan moda transportasi darat lainnya. Berikut beberapa kota di Indonesia yang akan dilayani oleh kereta api perkotaan sampai dengan ultimit tahun 2030:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
???????Sistem Jaringan Telekomunikasi
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan daerah yang memiliki teledensitas yang cukup tinggi, dibandingkan dengan daerah-daerha lain di Provinsi Jawa Barat. Teledensitas tertinggi terdapat di Kota Bandung (14,2), Kota Cirebon (10,6) dan Kota Bekasi (15,5) sedangkan Kota Cimahi, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor berkategori sedang (teledensitas 5-10). Untuk kabupaten/kota lainnya teledensitas masih <5.
???????Sistem Jaringan Energi
Kebutuhan tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh perkembangan penduduk. Sektor-sektor kebutuhan listrik lainnya, didapat dari prosentasi perbandingan terhadap kebutuhan perumahan akan listrik. Standar kebutuhan energi listrik untuk perumahan/permukiman adalah sebesar 150 watt/jam/jiwa. Kebutuhan prasarana lainnya berdasarkan proporsi dari kebutuhan untuk perumahan, adalah sebagai berikut: fasilitas pendidikan sebesar 5 %; fasilitas peribadatan (5 %); fasilitas kesehatan (100 %); fasilitas perdagangan (125 %); fasilitas perkantoran (15 %); fasilitas rekreasi (20 %); dan untuk penerangan jalan (10 %).
Pemenuhan kebutuhan beban listrik Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dimasa mendatang akan dilayani oleh beberapa proyek pembangkit 2.450 MW yang dibangun oleh PT PLN (Persero) dan 2.910 MW melalui partisipasi swasta (IPP) dan PLTGU Cilegon 730 MW, PLTP Cibuni 10 MW, PLTGU Pemaron 50 MW dan PLTGU Muara Tawar 145 MW, PLTGU Muara Tawar 225 MW, PLTGU Muara Karang 720 MW, PLTGU Muara Tawar 225 MW, PLTGU Tanjung Priok 720 MW
Perhitungan kebutuhan akan tenaga listrik pada Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dilakukan berdasarkan standar-standar yang ada.
Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Barat saat ini sekitar 5.000 MW. Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di grid 150 kV dan juga dipasok oleh GITET 500 kV, dengan jumlah pasokan sebesar 5.400 MW. Sebanyak 400 MW dikirim ke sistem Jakarta dan Jateng.
Pembangkit yang berada di grid 150 kV di Jawa Barat adalah PLTP (Kamojang, Darajat, Wayang Windu, Salak), PLTA (Ubrug, Kracak, Cikalong, Jatiluhur, Plengan, Bengkok) dan PLTG Sunyaragi dengan kapasitas 1.400 MW.
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 5 GITET, yaitu Bandung Selatan, Cibatu, Cirata, Tasik dan Mandirancan dengan kapasitas 5.000 MVA. Peta sistem kelistrikan Jawa Barat ditunjukkan pada gambar berikut:
Kelistrikan Provinsi Jawa Barat terdiri atas 6 sub-sistem yaitu:
- GITET Bandung Selatan memasok Kab/Kota Bandung dan Kota Cimahi.
- GITET Cirata dan PLTA Jatiluhur memasok Kab. Purwakarta, Kab. Subang dan Kab. Bandung Barat.
- GITET Tasikmalaya dan PLTP Kamojang, Darajat dan Wayang Windu memasok Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Banjar dan Kab. Ciamis.
- GITET Mandirancan dan PLTG Sunyaragi memasok Kab. Cirebon, Kab. Kuningan dan Kab. Indramayu
- GITET Cibatu memasok Tambun Cikarang dan Kab. Karawang, Kab.Bekasi.
PLTP Salak memasok Kab. Bogor , Kab. Cianjur dan Kab Sukabumi.
???????Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sumber air terdiri atas:
1). Air Permukaan
Sungai utama di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah Sungai Citarum. Sungai-sungai yang besar lainnya yang bersatu dengan Sungai Citarum antara lain Sungai Cimahi, Cibeureum, Cikapundung, Citarik, Cikarial, Cisangkuy dan Sungai Ciwidey. Sungai-sungai yang dimanfaatkan sebagai air baku bagi penyediaan air bersih (PDAM) di Kota Bandung adalah Sungai Cisangkuy, Cikapundung dan Cimahi.
- Sungai Cisangkuy, debit yang diambil 1.400 l/det diolah di Instalasi Pengolahan Badaksinga dari rencana 1.800 l/det;
- Sungai Cikapundung, debit yang diambil 840 l/det, 200 l/det diolah IPA Badaksinga, 600 l/det diolah di IPA Dago Pakar dan 40 l/det diolah di Mini Treatmet Plant serta IPA Dago Bengkok 90 l/det;
- Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/det diolah Mini Treatmet Plant Cibereum;
- Sungai Cipanjalu, debit yang diambil 20 l/det diolah di Mini Treatmet Plant Cipanjalu.
2). Air Tanah
Didasarkan keterdapatan dan produktivitas akuifer (Sutrisno, 1985), hidrogeologi Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung termasuk pada wilayah dengan akuifer yang mempunyai produktivitas sedang sampai tinggi.
Berdasarkan peta Cekungan Air Tanah yang dikeluarkan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP), sebaran dan potensi ketersediaan air tanah Pulau Jawa dan Pulau Madura, digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pengelolaan air tanah pada setiap cekungan air tanah lembar Jawa Barat dan DKI.
Di Wilayah Metropolitan Bandung, terdapat 7 cekungan air tanah sebagai berikut :
- Cekungan Air Tanah (CAT) yang berada dalam wilayah kabupaten :
- CAT Lembang : Kabupaten Bandung
- CAT Sumedang : Kabupaten Sumedang
- CAT terlampar lintas batas kabupaten/kota, yaitu :
- CAT Ciater : Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Sukabumi
- CAT Bandung-Soreang : Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
- CAT Cibuni : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung
- CAT Banjarsari : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
- CAT Malangbong : Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang